TEORI-TEORI ASAL-USUL MASYARAKAT DI INDONESIA
Prof.
Dr. H Kern
Berpendapat
bahwa bangsa Indonesia berasal dari Asia
& menyatakan bahwa bahasa-bahasa yang di gunakan di Kepulauan Indonesia,
Polinesia, Melanesia, Mikronesia memiliki akar bahasa yang sama ( Bahasa
Austronesia)& bangsa Indonesia berawal dari satu daerah & menggunakan
bahasa Campa. Nenek moyang bangsa Indonesia menggunakan perahu bercadik menuju
kepulauan Indonesia.
Robert
von Heine Geldern
Berpendapat
bahwa bahasa Indonesia berasal dari Asia
Tengah yang didukung penemuan artefak sebagai perwujudan budaya yang ditemukan
di Indonesia mempunyai kesamaan yang ditemukan di daratan Asia.
Williem
Smith
Berpendapat
bahwa asal-usul bangsa Indonesia melaluiu penggunaan bahasa oleh orang-orang di
Indonesia & membagi bangsa-bangsa di Asia berdasarkan bahasa yang digunakan
( bahasa Togon, bahasa Jerman, bahasa Austria ). Bangsa berbahasa Austria
dibagi menjadi dua, yaitu ( bangsa berbahasa Austro Asia & bangsa berbahasa
Austronesia ). Bangsa berbahasa Austronesia ini mendiami wilayah Indonesia, Melanesia, &
Polinesia.
Hogen
Berpendapat
bahwa bangsa yang mendiami daerah pesisir Melayu berasal dari Sumatra. Kemudian
bangsa Melayu bercampur dengan bangsa Mongol yang disebut bangsa Proto Melayu (
Melayu Tua ) & Deutro Melayu ( Melayu Muda ) . Kemudian bangsa Proto Melayu
& Deutro Melayu menyebar disekitar wilayah Indonesia.
Drs. Moh Ali
Berpendapat
bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Yunan, Cina.Dipengaruhi bahwa
bangasa Indonesia berasal dari daerah Mongolyang terdesak oleh bangsa-bangsa
lebih kuat sehingga mereka pindah ke selatan termasuk Indonesia.Beliau
mengemukakan bahwa leluhur orang Indonesia berasal dari hulu-hulu sungai di
daratan Asia yang berdatangan secara bergelombang.
Prof. Dr Krom
Berpendapat
bahwa masyarakat awal Indonesia berasal dari Cina Tengah, karena daerah
tersebut banyak terdapat sumber sungai besar.
Mayundar
Berpendapat
bahwa bangsa yang berbahasa Austonesia berasal dari India, lalu menyebar ke wilayah
Indo-Cina terus ke daerah Indonesia & Pasifik.Teori ini didukung penelitian
bahwa bahasa Austria merupakan bahasa muda di India bagian timur.
Dr.
Brandes
Menyatakan
bahwa suku-suku yang bermukim di kepulauan Indonesia memiliki kesamaan dengan
bangsa-bangsa yang yang bermukim di
daerah-daerah membentang dari utara ( Pulau Formosa , Taiwan ), barat ( Pulau
Madagaskar ), selatan ( Jawa, Bali ), timur ( tepi pantai batas Amerika ).
Penelitian berdasarakan perbandingan bahasa.
Prof. Muhammad Yamin
Berpendapat
bahwa orang Indonesia adalah asli dari wilayah Indonesia sendiri & meyakini
bahwa ada sebagian bangsa atau suku di luar negeri berasal dari
Indonesia.Diperkuat adanya temuan fosil dan artefak lebih banyak dan lengkapdi
Indonesia daripada daerah lainnya di Asia.
Proses Migrasi Proto Melayu
& Deutro Melayu
Ada
pendapat menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia adalah orang-orang
Melayu. Bangsa Melayu telah mendiami wilayah Indonesia bagian barat dan
Semenanjung Melayu ( Malaysia ). Para ahli membagi dua bangsa Melayu, yaitu
Proto Melayu ( Melayu Tua ) & Deutro Melayu ( Melayu Muda).
Proto Melayu ( Melayu Tua )
Bangsa
Proto Melayu masuk melalui dua jalan ( jalan barat & timur ). Jalan barat
melalui ( semenanjung Melayu, Sumatra, & menyebar ke seluruh wilayah
Indonesia ), jalan timur ( Kepulauan Fillipina, Sulawesi, menyebar ke seluru
wilayah Indonesia ). Bangsa Proto Melayu berkebudayaan batu muda ( Neolithikum
). Benda-bendsa buatan menggunakan batu, namun lebih halus.Kebudayaan kapak persegi
di bawa melalui jalan barat, sedangkan kebudayaan kapak lonjong melalui jalan
timur.Pada perkembangan selanjutnya
mereka terdesak kea rah timur karena kedatangan bangsa Deutro Melayu. Keturunan
Proto Melayu berdiam di Indonesia bagian timur ( Dayak, Toraja, Mentawai,
Nias, & Papua ). Sedangkan yang
bercampur dengan ras kulit hitam keturunannya terdapat ( di Sakai Siak, Kubu di
Palembang & Semang di Malaka )
Deutro Melayu ( Melayu Muda )
Bangsa
Deutro Melayu masuk melalui jalur barat ( Semananjung Melayu, Sumatra, & tersebar ke wilayah
Indonesia ). Bangsa Deutro Melayu sudah bisa membuat benda-benda logam (
perunggu ) lali berkembang menjadi membuat besi. Kebudayaan Melayu Muda disebut
kebudayaan Dong Son. Nama Dong Son disesuaikan nama daerah disekitar Teluk
Tonkin, Vietnam, yang banyak ditemukan benda-benda peninggalan dari logam
Hasil-hasil kebudayaan perunggu ditemukan di Indonesia berupa kapak corong atau
kapak sepatu, nekara, benjana perunggu ) yang umumnya terbuat dari cetakan (
tuangan ). Keturunan bangsa Deutro Melayu berkembang menjadi suku-suku
tersendiri ( Melayu, Jawa, Sunda, Madura, Aceh, Batak, Minangkabau, dsb )
akibat dari keadaan alam Indonesia dipisahkan laut & selat. Dan setiap
pulau di Indonesia memiliki karakteristik alam yang berbeda-beda. Kosakata yang
lalu dipakai & masih diingat tetap digunakan, sedangkan untuk menamai
benda-benda dilihat ditempat tinggal yang baru ( Indonesia ) membuat kata-kata
sendiri. Budaya bangsa Deutro Melayu mampu berasimilasi dengan kebudayaan Hindu-Budha,
Islam & Barat.
C. Kebudayaan
Bacson-Hoabinh, Dong Son, Sa Huynh, dan India.
Kebudayaan
berkembang di Asia Tenggara dalam rangka memajukan peradaban bangsa Asia
Tenggara. Secara perlahan terjadi proses masuknya kebudayaan India di Asia
Tenggara, khususnya Indonesia. Kebudayaan nenek moyang bangsa Indonesia adalah
kebudayaan Bacson-Hoabinh, Dong Son, Sa
Huynh, Dan India.
1. Kebudayaan Bacson-Hoabinh
Kebudayaan
Bacson-Hoabinh terletak di Vietnam bagian utara.Kebudayaannya berkaitan dengan
masa berburu dan meramu.Peralatan hidup terbuat dari batu.Ciri kebudayaan
Bacson-Hoabinh dikaitkan dengan tempat pembuatan peralatan hidup dari
batudengan ciri dipangkas pada satu atau dua sisi permukaannya.
a.
Kebudayaan Bacson
Budaya
Bacson berasal dari daerah Bacson, Tonkin.Kelompok orang Melanosoid menyebar di
Indo-Cina dari arah utara –selatan, gelombang ke II berasimilasi dengan orang
Austrolosoid. Mengembangkan budaya kapak pendek ( kapak berisi dua dan mengasah
bagian tajamnya ). Kebudayaan Bacson-Hoabinh (Kebudayaan Neolthikum ) yang ada
pada daerah Tonkin merupakan pusat kebudayaan Mesolithikum. Daerah Tonkin yaitu
( bangsa Papua Melanosoid, Eropaeid, Mongoloid dan Austroloid ). Zaman
Neolithikum merupakan kesatuan wilayah ( budaya neolith dan perunggu ). Budaya
neolith dan perunggu berkembang semula merupakan hasil budaya dari rumpun
bangsa Melayuyang tersebar di kepulauan Selatan rumpun Melayu dibedakan atas
tiga kelompok ( Melayu Indonesia, Melayu Melanesia, dan Polinesia ) menempati
daerah kepulauan di Samudra Pasifik, Selatan, hingga Madagaskar.
b. Kebudayaan Hoabinh
Memiliki
karakter Mesolithikum dan ciri-ciri Neolithikum. Berkembang di wilayah Tonkin(
daerah Hoabinh dan daerah Annam ( Tanh Hoa dan Quang-Binh ) ). Kebudayaan
Bacson-Hoabinh menjadi ciri khusus adalah kebudayaan batu tengah ( Mesolithikum
). KapaK dikerjakan secara kasar dan samping kapak sudah diasah tajamnya, kapak
ini disebut dengan kapak Proto Neolithikum.Budaya Hoabinh dibawa oleh bangsa
Melanosoid berkulit hitam. Kedatangan mereka dibedakan atas dua gelombang (
Gelombang I dan Gelombang II ) Gelombang I terdiri dari orang berbadan pendek dan
kulit sangat hitam dan mengajarkan tekhnik monofasial kepada orang Austroloid.
Hasil budaya berupa pebble ( kapak Sumatra ) Gelombang II terdiri orang
berperawakan lebih tinggi, kulit lebih putih, rambut berombak. Sisa kebudayaan
Bacson-Hoabinh berupa kapak persegi dan kapak lonjong.Penyebaran budaya
Bacson-Hoabinh melalui jalur barat dan timur. Perpindahan jalur barat ( Semenanjung
Malaya-Sumatra-Jawa ). Jalur timur ( Asia-Formosa-Filipina dan Sulawesi ).
Perpindahan jalur barat diikuti penebaran budaya kapak genggam ( pebble ), sedangkan jalur timur membawa
kebudayaan kapak pendek. Peralatan hidup kebudayaan Bacson-Hoabinh ditemukan di
lembah sungai Bengawan Solo ( Jawa ), Lhokseumawe dan Medan. Peralatan hidup berupa
batu serpih yang berubah menjadi kapak batu. Budaya Bacson-Hoabinh yang sampai
di Indonesia yaitu berupa pebble dan alat tulang melalui jalanbarat, sedangkan
jalan timur merupakan kebudayaan flakes.
2. Kebudayaan Dong Son
Kebudayaan
ini disebut juga kebudayaan perunggu di Asia Tenggara. Hal ini dipengaruhi nama
Dong Son merupakan kawasan yang berhasil ditemukan peralatan hidup terkait
budaya Yunan dan berbagai tempat di Indonesia menggunakan perunggu dan nekara
serta alat besi dan kubur pada zaman logam. Budaya Dong Son didukung oleh
bangsa Austronesoid.Kemampuan membuat alat dari logam menunjukkan bahwa
masyarakat memiliki tingkat tekhnologi cukup tinggi. Tekhnik pembuatan alat
perunggu dilakukan dengan dua cara ( bivalve dan a cire perdue ). Sisa
kebudayaan perunggu, dari Dong Son berupa ( bejana perunggu, nekara, kapak
perunggu, arca perunggu, dan perhiasan ). Adapun perlatan hidup terbuat dari
besi meliputi mata kapak, mata sabit,
mata pisau, mata pedang, cangkul, dan tongkat. Penemuan peralatan hidup dari
perunggu di Indonesia pun memiliki corak Dong Son. Hal ini dapat dilihat pada
nekara yang ditemukan di Sangean ( Sumba ) dan pulau Selayar ( Sulawesi
)terdapat gambar gajah dan burung merak.
3. Kebudayaan Sa Huynh
Pembuatan
gerabah mengalami perkembangan fungsinya ditemukan di kebudayaan Sa huynh. Budaya
Sa huynh terletak di Vietnam bagian selatan. Peralatan hidup budaya Sa huynh
tidak jauh berbeda dengan peralatan hidup budaya Dong Son yaitu berupa benjana
kecil, gelang dan perhiasan. Budaya ini didukung oleh masyarakat yang berbahasa
Austronesia yang berasal dari kepulauan Indonesi.Pendukung budaya Sa Huynh
berasal dari daerah Semenanjung Malaya atau Kalimantan. Kebudayaan Sa Huynh
memiliki ciri berupa penemuan kubur tempayan, jenasah ditemukan dalam tempayan
atau gerabah.Gerabah ditemukan memiliki pola hias garis dan bidang-bidang yang
diisi tema tepian karang, dijumpai pada peninggalan gerabah di daerah Sulawesi.
4. Kebudayaan India
Kebudayaan
India bersamaan berkembangnya negeri-negeri dagang kecilserta masyarakat yang
mulai mengenal tulisan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di bagian
barat Indonesia.Pengaruh budaya India cenderung lebih dalam nonfisik seperi
kesustraan.Karya sastra bebahasa Sansekerta dan Tamil berkembang di Asia
Tenggara termasuk Indonesia.Ada penafsiran bahwa sekitar abad ke-1 sampai
dengan abad ke-5 Masehi ada pusat-pusat perdagangan di kawasan Nusantara yang
dilewati pelayaran dagang.Dan akhirnya kepulauan Nusantara menjadi salah satu
pusat kegiatan perdagangan yang dilakukan pedagang asing ( Cina, India,
Indo-Cina, Arab, Persia, Romawi yang datang dari penjuru Eropa bagian barat ).
Pengareuh India dirasakan oleh masyarakat pribumi terutama dalam bidang
politik, agama serta budaya.Selanjutnya kaum agamawan mempengaruhi dalam
penyebaran agamanya dengan melahirkan kerajaan-kerajaan bercorak Hindu dan
Budha di Indonesia seperti Kuatai, Tarumanegara, Holing, Mataram, Sriwijaya
dll.
Budaya Logam di Indonesia
Budaya
logam berkembang di Indonesia memunculkan masyarakat pertukangan dengan
meningkatnya kemampuan melebur bijih besi dan pembuatan alat dari logam juga
memunculkan pembagian kerja.Hubungan pemenuhan kehidupan dilakukan dengan
sistem barter.Adapun jenis manusia pada masa perundagian berupa manusia
Austromelanosoid ( daerah Anyer Lor ), manusia Austromelanosoid tetapi ciri
Mongoloid lebih nampak ( Gilimanuk ) dan Melolo.Kehidupan social ekonomi
masyarakat tinggal di daerah pegunungan atau dataran rendah, tepi pantai dan
dalam lingkungan tata kehidupan yang
teratur dan terpimpin.Kegiatan berburu masih dilakukan.Berternak dilakukan
dengan hewan piaraan unggas, babi, kerbau, kuda, dan anjing berfungsi sebagai
persediaan makan sekaligus hewan untuk upacara.Pertanian menjadi pekerjaan
pokok yang disertai suasana ritual.Perdagangan lebih maju dan dalam
pelayaran.Kepercayaan berupa pemujaan roh nenek moyang disertai upacara.
Pelaksanaan penguburan dilakukan dengan dua cara, secara langsung ( mayat
dikubur dengan diarahkan ke tempat roh nenek moyang ) dan tidak langsung (
mayat dikubur sebagai penguburan sementara ).
Zaman
logam langsung masuk ke zaman perunggu, tekhnologi pada zaman perundagian
mengalami perkembangan ( dengan kemampuan pelayaran, penemuan baru, peleburan,
percampuran, penempaan, dan pencetakan jenis benda dari logam ). Gerabah tetap
berfungsi sebagai peralatan hidup dan upacara atau bekal kubur.Perhiasan
beraneka ragan dari perunggu. Sewdangkan benda lain dibuat dari bahan tulang,
kerang, batu indah, dan kaca. Adapun tekhnik pembuatan alat dari logam meliputi A cire perdue dan Bivalve.
Teknik A Cire Perdue
Pembuatan
peralatan hidup dari bahan perunggu menggunakan model lilin yang bercampur
dengan tanah liat menjadi benda yang akan dibuat terlebih dahulu. Pola lilin
dilapisi dengan tanah liat dan diberi lubang bagian bawah, setelah dingin, yang
tertinggal hanya benda yang telah jadi.
Teknik Bivalve
Pembuatan
peralatan dari bahan perunggu dengan menggunakan dua cetakan ( umumnya dari
batu ) yang ditangkupkan. Pada cetakan diberi lubang di bagian atas dan bawah,
yang bertujuan agar dapat diberi cairan perunggu panas.Setelah dituangkan
cairan ditunggu agar mongering dan dingin. Kemudian dua cetakan diangkat dan
diperoleh hasil peralatan hidup yang
diinginkan.
0 comments:
Post a Comment